Ahad, 28 November 2010

PERADABAN DAN PERKEMBANGAN ACHEH

1. Asal Usul
        Bangsa Aceh merupakan bangsa yang terletak di sebelah barat Pulo Ruja. Bangsa Aceh pada awalnya merupakan bangsa Achehmenia, bangsa ini terletak di pinggiran bukit Kaukakus di Eropa Tengah. Bangsa ini hidup pada tahun 2500 SM (Sebelum Masehi).
        Bangsa Achehmenia merupakan sebuah bangsa yang senang merantau, tak heran jika bangsa ini tersebar diseluruh Asia, Afrika, Europa dan Pulo Ruja. Salah satu keturunan dari bangsa ini berpindah ke Parsia dan menjadi bangsa Parsia, sedangkan keturunan yang satunya berpindah ke Pulo Raja dan akhirnya menjadi bangsa Acheh.
        Bangsa Acheh pada awalnya berasal dari bangsa Achehmenia yang berpindah ke Pulo Ruja. Lebih jelasnya, bangsa Acheh berasal dari empat buah suku (Kaum).

  1. Sukee Lhee Reutoh Ban Aneuk Drang
  2. Sukee Jasandang Jeura Halba
  3. Sukee Tok Batee Na Bacut-Bacut
  4. Sukee Imum Peuet Nyang Gok-Gok Donya

        Bangsa Achehmenia merupakan keturunan dari anak cucu Nabi Nuh as. Setelah Tuhan menurunkan bancana atas umat Nabi Nuh as, tinggallah tiga anak beliau yang selamat dari bencana tersebut, mereka itu adalah Ham (Hamite), Yafits (Yafite) dan Sam-Syam (Smite).
        Setelah wafatnya Nabi Nuh as, ketiga putranya tersebut tidak lagi percaya akan ajaran yang dibawa oleh Nabi Nuh, mereka telah sesat dan kembali kepada agama menyembah patung dan berhala, hingga akhirnya mereka bercerai-berai. Ham akhirnya berpindah ke Afrika dan menjadi nenek moyang bangsa Negro, Yafits berpindah ke Eropa dan menjadi nenek moyang dari bangsa Jerman dan juga bangsa Eropa, dan Sam-Syam berpindah ke Jazirah Arab dan menjadi nenek moyang bangsa Arab, yang satu suku berpindah ke tanah Persia dan menjadi bangsa Parsia. Pada masa itulah pertama kalinya meluas-Migrasi manusia di dunia.
        Duhulu bangsa Acheh pernah menduduki masa kejayaannya di Pulo Ruja, namun akhirnya bangsa tersebut menghilang entah kemana. Pada saat itu datang bencana dari Allah kepada bangsa Acheh, yakni penjajahan oleh bangsa Holanda, Jepang, dan pertempuran di Tjumbok. Kemudian pada tahun 1950 bangsa Acheh bercerai-berai, karena kesibukan mereka dalam mengurusi politik dunia dan kemudian mereka menghilang entah kemana.
        Disamping itu juga lahir kembali orang-orang Acheh yang telah terjangkit penyakit ta-eot (nama penyakit) dan penyakit hilang ingatan (Amnesia), mereka tidak tahu apapun lagi dan bahkan tidak mengenal diri sendiri. Mereka tidak lagi berfikir, hingga akhirnya menjadi orang yang dengki, berkhianat, jahat dan bangsat tidak dapat dibandingkan dengan apapun. Sampai saat itu bencana dan mala petaka dari Allah SWT terus datang pada bangsa dan orang-orang Acheh.


2. Tiba di Pulo Ruja
        Bangsa Parsia sebelum menjadi bangsa Aceh, terlebih dahulu tiba di Parsia (Iraq, Iran sekarang) . Saat itu, yang memerintah Parsia adalah Raja Dorius. Pada waktu itu, daerah kekuasaannya sangatlah luas. Terhitung mulai dari Mesir, Hindia dan Pulo Ruja. Saat itulah para cendikiawan Parsia berpindah ke negara belahan barat Pulo Ruja yang kemudian disebut dengan Nanggroe Aceh.
       Sebelumnya di tanah Aceh memang sudah dihuni oleh para Aulia (Wali Allah) , dan memang sebenarnya Nanggroe Aceh adalah harta milik para Aulia Allah, sudah menjadi kehendak Allah bahwa tanah Aceh melahirkan para ulama dan orang bijak. Sampai akhirnya rasulullah mengamanahkan untuk memperluas ajaran Islam ke Samudra, yakni ke pulau yang terdapat para Aulia. Setelah mendapatkan amanah dari rasul, para pendahulu bangsa Aceh dari suku Khujja hijrah ke Pulo Ruja untuk memperluas dan menyebarkan ajaran Islam, dan untuk pertama kalinya mereka masuk ke daerah Peurlak. Pada saat itu yang memimpin rombongan adalah Syeh Ismail, beliau adalah salah satu keponakan saidina Utsman bin Affan, yaitu khalifah ketiga setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.
        Islam di Peurlak pada masa itu belum begitu meluas, hal tersebut dikarenakan penduduknya belum terlalu ramai, penduduk Peurlak saat itu hanya orang-orang Gayo Seumanah (Gayo yang suka memanah), para Aulia Allah dan juga beberapa orang Parsia. Akhirnya orang-orang Parsia yang tadinya pergi menyebarkan ajaran Islam kembali ke Negri Peurlak dan bermukim disana, maka jadilah mereka sebagai penduduk tetap Negri Peurlak. Namun akhirnya karena Islam tidak begitu meluas di Peurlak, dan orang Parsia tadi telah banyak yang wafat, maka yang tersisa hanyalah para pemuda. Takut Islam tidak meluas dan amanah rasulullah tidak terlaksana sebagaimana mestinya, maka para peumuda tersebut berpindah ke daerah lain ke sebelah barat ke Kuala Keureutoe. Di Keureutoe pun mereka berjumpa kembali dengan para Aulia dan orang-orang Parsia yang lain, akhirnya mereka bermukim disana dan menjadi penduduk tetap Keureutoe.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan